Selain pemilik hak suara yang acapkali dikibulin calon anggota legislatif (caleg), kenyataan sebaliknya pun rupanya banyak terjadi. Di sela-sela masa kampanye pemilu saat ini, caleg yang sudah berjibaku memperjuangkan kepentingan warga tertentu harus menerima kenyataan pahit tersebut.
Mereka yang telah diperjuangkan, malah memberi dukungan pada celeg lain tanpa "ngalieuk" atau melirik caleg yang telah mendukungnya menikmati kesejahteraan. Kondisi tersebut dialami Caleg perempuan dari Partai Amanat Nasional (PAN) yang berlaga di zona pemilihan Kuningan, Banjar dan Ciamis, Dra.Hj.Nina Mardiana, M.Ed. Jebolan Pittsburg University itu menuturkan, sejak Agustus 2008 lalu, upaya memperjuangkan kesejahteraan dan legalitas Komunitas Tenaga Sukwan Indonesia (KTSI) Kab. Ciamis telah dilakukan.
Ia pun mengaku hilir mudik mengkomunikasikan peluang adanya kesejahteraan bagi KTSI kepada Badan Kepegawaian Nasional, Ketua Umum KTSI, Deputi SDM MenPan dan lainnya untuk mencoba merealisasikan apa yang menjadi harapan KTSI. "Saat itu, kami mendapat banyak SMS dari para pengurus KTSI Ciamis. Mereka bilang, akan berusaha memperjuangkan saya jika maju kembali dalam bursa pemilu tahun ini sepanjang mampu memuluskan adanya dana insentif bagi ribuan anggota KTSI.
Namun, kenyataanya, setelah kesejahteraan dirasakan dan anggaran Rp 3,5 milyar mengucur ke KTSI, apa yang mereka janjikan semuanya bohong. Saya jelas dikibulin. Mestinya, mereka itu bisa mengoreksi diri. Kalau ingin maju, apresiasi atau penghargaan terhadap upaya yang telah dilakukan orang lain mestinya bisa saling ditumbuhkan. Tentu ini terlalu naif," beber Hj. Nina kepada HU.Priangan, belum lama ini. ***
Sumber : prianganonline.
Mereka yang telah diperjuangkan, malah memberi dukungan pada celeg lain tanpa "ngalieuk" atau melirik caleg yang telah mendukungnya menikmati kesejahteraan. Kondisi tersebut dialami Caleg perempuan dari Partai Amanat Nasional (PAN) yang berlaga di zona pemilihan Kuningan, Banjar dan Ciamis, Dra.Hj.Nina Mardiana, M.Ed. Jebolan Pittsburg University itu menuturkan, sejak Agustus 2008 lalu, upaya memperjuangkan kesejahteraan dan legalitas Komunitas Tenaga Sukwan Indonesia (KTSI) Kab. Ciamis telah dilakukan.
Ia pun mengaku hilir mudik mengkomunikasikan peluang adanya kesejahteraan bagi KTSI kepada Badan Kepegawaian Nasional, Ketua Umum KTSI, Deputi SDM MenPan dan lainnya untuk mencoba merealisasikan apa yang menjadi harapan KTSI. "Saat itu, kami mendapat banyak SMS dari para pengurus KTSI Ciamis. Mereka bilang, akan berusaha memperjuangkan saya jika maju kembali dalam bursa pemilu tahun ini sepanjang mampu memuluskan adanya dana insentif bagi ribuan anggota KTSI.
Namun, kenyataanya, setelah kesejahteraan dirasakan dan anggaran Rp 3,5 milyar mengucur ke KTSI, apa yang mereka janjikan semuanya bohong. Saya jelas dikibulin. Mestinya, mereka itu bisa mengoreksi diri. Kalau ingin maju, apresiasi atau penghargaan terhadap upaya yang telah dilakukan orang lain mestinya bisa saling ditumbuhkan. Tentu ini terlalu naif," beber Hj. Nina kepada HU.Priangan, belum lama ini. ***
Sumber : prianganonline.
Ketika berusaha menolong sesama tidak dilandaskan sebagai ibadah yang ikhlas, maka kesedihan yang diperoleh dan kepedihan manakala gagal. Semoga Allah SWT menolong kita semua, Amin.
ReplyDelete